Kelindih |
Namaku Arin, aku mahasisiwi semester tiga di sebuah perguruan tinggi di kota kecil
Trenggalek. Kali ini aku akan bercerita mengenai pengalaman pribadiku
bersentuhan dengan dunia lain dan aku berharap hanya sekali saja, tak mau ada
kisah-kisah selanjutnya karena memang aku seorang penakut.
Kisah ini aku alami pertengahan Desember 2012, waktu itu kampus tempatku berkuliah
mengadakan English Weekend Camp yang bertempat di Yonif 511 Blitar. Kami diwajibkan untuk
mengikuti acara tersebut selama tiga hari berturut-turut dan jika kami tidak
mengikuti dengan alasan yang tidak tepat, tahun berikutnya diwajibkan untuk
ikut. Aku adalah orang yang paling malas dengan kegiatan yang mengharuskan
pergi keluar rumah dan menginap, tapi karena tugas dari kampus, akhirnya aku
berangkat juga.
Aku bersama rombongan berangkat dari kampus pukul
9 pagi, hari itu suasana langit sangat cerah, kami naik bus sewaan yang sialnya
bus tersebut ber AC, karena aku orang yang paling alergi dengan AC. Aku duduk
bersebelahan dengan Asha, teman baikku. Perjalanan pun menyenangkan karena di
bus kami semua bernyanyi mengikuti alunan lagu yang di putar di dalam bus.
Pukul 12 bus kami memasuki wilayah Yonif 511, kesan pertama pada markas TNI
tersebut sangat sepi, luas, dan terlihat symbol setiap barak di sana sini.
Turun dari bus kami disuguhi dengan
tembakan-tembakan di dalam tanah oleh para tentara, kami yang masih lelah
dengan perjalanan cukup shock dengan tembakan-tembakan tersebut. Kami
mengikuti English Weekend Camp memang untuk melatih kedisiplinan, kebersamaan,
dan Yonif 511 lah tempat yang tepat, bagi para pelatih, sepertinya tidak bagi
kami.
Hari
pertama di Yonif kami diberi
acara-acara yang cukup padat, sehingga malamnya kami sangat kelelahan. Sore
harinya saat akan mandi aku baru tersadar kalau aku sedang “dapet”. Uh.. pasti
bakalan risih dan ribet, tapi tak apalah ini memang sudah menjadi kewajiban
seorang wanita setiap bulan.
Pukul 10 malam kami baru bisa beranjak tidur,
kami tidur beralaskan tikar, tak ada bantal dan selimut hangat seperti di
rumah. Anak mama pada nangis darah mungkin, termasuk aku. Bagaimana tidak ?
Kami hanya diberi barak yang usang dan tua, yang terletak paling ujung dan
berdekatan dengan area persawahan. Barak tersebut sepertinya barak yang tak
lagi ditempati. Jendela barak juga sudah
banyak yang rusak, ada beberapa jendela yang tak nampak kaca penutupnya,
otomatis hembusan angin dari luar leluasa masuk ke barak kami. Pertama kali
datang aku mengucapakan salam, bapakku selalu berpesan agar aku selalu meminta
izin kepada si mbaurekso jika akan melakukan aktivitas di tempat baru. Aku
masuk, dan segera mencari tempat yang agak jauh dari pintu masuk. Aku mendapat
tempat tepat ditengah-tengah. Malam itu dingin, badan terasa pegal, aku menarik
selimut tipisku, aku tidur di samping sahabat baikku Asha. Tak berapa lama Asha
sudah terpejam, dan lelap. Akupun berusaha memejamkan mata meskipun tak bisa.
Aku orang yang paranoid dengan tempat-tempat baru. Aku melihat jam di layar
handphone ku, pukul 10 : 30, Astagfirullah, aku belum bisa terpejam juga,
padahal esok subuh harus apel pagi di lapangan Yonif, aku iseng sms ibu sambil
menunggu rasa kantuk datang, tapi rasa kantuk itu tak datang juga. Aku melihat
teman-teman yang lain juga sudah lelap. Akhirnya aku bisa tidur, tapi.. itu
hanya beberapa menit. Karena tiba-tiba tubuhku seperti ditindih sesuatu yang
berat, iya aku tidak bisa bergerak.. aku berkata dalam hati, Tuhan ada apa
ini??? Aku membaca do’a-do’a sebisaku dalam hati karena mulut, kaki dan
tanganku tak bisa bergerak. Aku meraih tangan Asha, tapi tak mampu. Seketika
aku ingat dengan pesan bapak, keadaan seperti itu biasanya di tempatku tinggal
disebut “kelindih” entah mitos atau bukan kelindih itu berarti ada makhluk
halus yang membatasi gerak seseorang. Aku tak punya keahlian melihat setan atau
sejenisnya, tapi terkadang aku mampu merasakan keberadaan mereka. Saat doa- doa
selesai aku baca, akhirnya aku bisa bergerak, dan sialnya rasa kantukku
seketika lenyap. Aku mengirim pesan melalui ponsel pada ibu, aku bercerita pada
beliau kalau aku baru saja kelindih. Tapi ternyata sampai pukul 12 malam tak
ada balasan. Rasanya aku ingin menangis. Diantara rasa lelah, risih dan takut,
aku memegangi tangan Asha, untuk mengurangi sedikit ketakutanku. Benar saja,tak
selang berapa lama aku bisa memejamkan mataku. Kesialan terulang, baru sekitar
10 menit aku tidur, tiba-tiba aku terbangun lagi dan aku merasakan lagi tubuhku
tak bisa aku gerakkan lagi. Ya Allah.. apa salahku ditempat baru ini.. pekikku
dalam hati. Dengan perasaan takut aku membaca do’a-do’a lagi. Alhamdulillah aku
bisa bergerak. Aku segera mengirim sms pada salah satu dosen, beliau sangat
baik, apa saja yang menjadi keluhan anak-anak disetiap mata kuliah beliau
bantu, namun malam itu, lagi-lagi kesialan datang, beliau tak membalas sms ku.
Aku hanya meminta bantuan aku harus bagaima jika menghadapi situasi seperti
ini. Karena beliau selalu bisa membantu segala hal dengan jawaban cerdasnya.
Tak ada harapan dengan sms, aku komat kamit membaca do’a sebisaku, dan
kulihat jam di handphone ku menunjukkan pukul 2 pagi. Ya Tuhan... aku menangis
dalam hati.
Dan tiba-tiba aku tersadar, sebelum tidur aku
lupa mencuci kakiku, dan karena aku sedang menstruasi mungkin makhluk-makhluk
itu memberi peringatan padaku. Karena menurut cerita makhluk halus memang suka
dengan orang yang dalam keadaan tidak bersih.
***
***
Hantu kamar atas
Masih dengan cerita mistisku. Aku pernah bekerja
di sebuah distributor beras yang terletak di tengah kota Trenggalek, tepatnya di jalan R.A. Kartini.
Tempatku bekerja telihat seperti biasa dan seperti toko pada umumnya. Pertama
bekerja di tempat tersebut sedikitpun aku tak mencium firasat-firasat mistis.
Sampai pada suatu hari, saat aku makan siang, aku merasakan tempatku makan
pengap dan sunyi, tempat makanku di lantai dua toko tersebut. Tiba-tiba ada
pertanyaan iseng yang aku lontarkan pada juru masak tempatku bekerja,
“Mbak, kok ruangannya pengap ya? Jarang dipakai
ya?”
“Sering kok mbak” dia jawab pendek.
“Tapi kok aneh ya?” tanyaku agak menyelidik.
“Aneh gimana? Biasa aja” jawab juru masak itu
pelan, seperti tau maksud pertanyaanku.
Akirnya aku menyimpan pertanyaanku dalam hati. Sepertinya dia tak berkenan
untuk bercerita. Makan sudah selesai dan aku kembali turun ke lantai bawah dan
bekerja kembali. Esoknya, tempat makanku pindah ke rumah pemilik toko tersebut,
entah alasan apa, aku tak mengerti. Dan tiba-tiba juru masak seperti mengetahui
rasa penasaranku, saat makan siang dia bertanya padaku,
“Mbak, sampean kok kerasa? Apa sampean melihat
sesuatu?” tanya si juru masak.
“Apa mbak? Emm agak..” aku jawab sekenaku sambil
mengunyah tempe goreng yang aku makan.
Si juru masak tiba-tiba mendekat padaku dan
mulai bercerita. Benar saja, tempatku bekerja memang memiliki cerita-cerita
mistis, sampai-sampai pemilik toko tidak pernah mau naik ke lantai dua karena
dia lah yang kerap di teror. Si juru masak bercerita, dulu ada pekerja yang
bernama mas Imam, dia seorang yang khusyuk beribadah, namun setiap melaksanakan
sholat di lantai dua, ada sesosok makhluk yang berambut panjang duduk bersila
di depan mas Imam, mas Imam tak mau menghiraukan makhluk tersebut, karena dia
tahu, makhluk yang mengganggu kekhusyu’an sholatnya adalah setan. Benar saja,
makhluk itu mengganggu mas Imam, dan semakin menjadi-jadi. Saat rukuk, dia ada
di bawah kepala, saat duduk, dia ada di depan, saat sujud pun dia ada di
belakang posisi mas Imam sholat. Tapi karena mas Imam termasuk orang pemberani,
dia tak menghiraukan teror hantu tersebut.
Si Juru masak melanjutkan ceritanya kembali
“Mbak tau
tempat yang mbak suka kemarin? Waktu mbak minum sambil foto-foto?” Aku memutar
ingatanku, dan segera menjawab ,
“Iya,
balkon atas ya mbak?”
“Iya, asal
Mbak tahu saja tempat dimana sampeyan duduk dan berfoto itu adalah tempat
memedi sering menampakkan diri. Hantu muka rata suka duduk
disitu mbak” jawabnya sambil tertawa kecil. “Hi hi hi hi.”
Seketika aku menghentikan makanku. Aku tak
pernah menyangka tempat itu menyimpan banyak misteri. Si juru masak kembali
bercerita. Dia bercerita
bahwa setiap malam jika lampu balkon lupa di hidupkan, hantu muka rata itu
duduk di teras balkon menghadap ke pintu dan diam serta rambut panjangnya
terurai begitu saja. Warga di sekitar toko tersebut sering melihat hantu itu duduk dan diam dikegelapan
balkon.
Dan ternyata setelah aku telusuri dan mencari
cerita disana sini, di toko tersebut pernah terjadi insiden orang tua
terpeleset jatuh ke dalam sumur tua, dan
sumur tersebut ditutup begitu saja oleh pemilik toko. Menurut cerita, sumur
terebut ada di gudang belakang toko. Sampai saat ini misteri-misteri cerita di
tempatku kerja dulu masih tersimpan di benak para karyawan yang mengaku pernah
didatangi para penunggu toko tersebut.
Story written by Hyokbek (sweet girl called Nira)
Contact her by Twitter @septinira or Google+ +Septinira Wijayanti
Terima Kasih...
Story written by Hyokbek (sweet girl called Nira)
Contact her by Twitter @septinira or Google+ +Septinira Wijayanti
Terima Kasih...
klik home untuk cerita yang lain. Tunggu update berikutnya di
ReplyDeletehatiyangmembaca.blogspot.com