Total Pageviews

Sunday, February 3, 2013

Tempat baru yang kamu kunjungi mungkin saja menyimpan misteri. Rahasia yang tersimpan oleh waktu dan tak terungkap oleh cerita bisa saja memberi tahumu dengan cara mereka sendiri. Dua kisah yang dituturkan oleh gadis ini mungkin tak seberapa membuatmu ngeri. Dia memang tidak bermaksud menakuti-nakutimu, dia hanya mau berpesan ‘saat kamu duduk dan membaca cerita ini meskipun itu di kamarmu yang nyaman, makhluk halus itu bisa saja ada di sampingmu atau di bawah ranjangmu sejak puluhan atau ratusan tahun yang lalu.’

Kelindih
Namaku Arin, aku mahasisiwi semester  tiga di sebuah perguruan tinggi di kota kecil Trenggalek. Kali ini aku akan bercerita mengenai pengalaman pribadiku bersentuhan dengan dunia lain dan aku berharap hanya sekali saja, tak mau ada kisah-kisah selanjutnya karena memang aku seorang penakut.
Kisah ini aku alami pertengahan Desember  2012, waktu itu kampus tempatku berkuliah mengadakan English Weekend Camp yang bertempat di Yonif 511 Blitar. Kami diwajibkan untuk mengikuti acara tersebut selama tiga hari berturut-turut dan jika kami tidak mengikuti dengan alasan yang tidak tepat, tahun berikutnya diwajibkan untuk ikut. Aku adalah orang yang paling malas dengan kegiatan yang mengharuskan pergi keluar rumah dan menginap, tapi karena tugas dari kampus, akhirnya aku berangkat juga.
Aku bersama rombongan berangkat dari kampus pukul 9 pagi, hari itu suasana langit sangat cerah, kami naik bus sewaan yang sialnya bus tersebut ber AC, karena aku orang yang paling alergi dengan AC. Aku duduk bersebelahan dengan Asha, teman baikku. Perjalanan pun menyenangkan karena di bus kami semua bernyanyi mengikuti alunan lagu yang di putar di dalam bus. Pukul 12 bus kami memasuki wilayah Yonif 511, kesan pertama pada markas TNI tersebut sangat sepi, luas, dan terlihat symbol setiap barak di sana sini.
Turun dari bus kami disuguhi dengan tembakan-tembakan di dalam tanah oleh para tentara, kami yang masih lelah dengan perjalanan cukup shock  dengan tembakan-tembakan tersebut. Kami mengikuti English Weekend Camp memang untuk melatih kedisiplinan, kebersamaan, dan Yonif 511 lah tempat yang tepat, bagi para pelatih, sepertinya tidak bagi kami.
Hari pertama di Yonif kami diberi acara-acara yang cukup padat, sehingga malamnya kami sangat kelelahan. Sore harinya saat akan mandi aku baru tersadar kalau aku sedang “dapet”. Uh.. pasti bakalan risih dan ribet, tapi tak apalah ini memang sudah menjadi kewajiban seorang wanita setiap bulan.
Pukul 10 malam kami baru bisa beranjak tidur, kami tidur beralaskan tikar, tak ada bantal dan selimut hangat seperti di rumah. Anak mama pada nangis darah mungkin, termasuk aku. Bagaimana tidak ? Kami hanya diberi barak yang usang dan tua, yang terletak paling ujung dan berdekatan dengan area persawahan. Barak tersebut sepertinya barak yang tak lagi ditempati.  Jendela barak juga sudah banyak yang rusak, ada beberapa jendela yang tak nampak kaca penutupnya, otomatis hembusan angin dari luar leluasa masuk ke barak kami. Pertama kali datang aku mengucapakan salam, bapakku selalu berpesan agar aku selalu meminta izin kepada si mbaurekso jika akan melakukan aktivitas di tempat baru. Aku masuk, dan segera mencari tempat yang agak jauh dari pintu masuk. Aku mendapat tempat tepat ditengah-tengah. Malam itu dingin, badan terasa pegal, aku menarik selimut tipisku, aku tidur di samping sahabat baikku Asha. Tak berapa lama Asha sudah terpejam, dan lelap. Akupun berusaha memejamkan mata meskipun tak bisa. Aku orang yang paranoid dengan tempat-tempat baru. Aku melihat jam di layar handphone ku, pukul 10 : 30, Astagfirullah, aku belum bisa terpejam juga, padahal esok subuh harus apel pagi di lapangan Yonif, aku iseng sms ibu sambil menunggu rasa kantuk datang, tapi rasa kantuk itu tak datang juga. Aku melihat teman-teman yang lain juga sudah lelap. Akhirnya aku bisa tidur, tapi.. itu hanya beberapa menit. Karena tiba-tiba tubuhku seperti ditindih sesuatu yang berat, iya aku tidak bisa bergerak.. aku berkata dalam hati, Tuhan ada apa ini??? Aku membaca do’a-do’a sebisaku dalam hati karena mulut, kaki dan tanganku tak bisa bergerak. Aku meraih tangan Asha, tapi tak mampu. Seketika aku ingat dengan pesan bapak, keadaan seperti itu biasanya di tempatku tinggal disebut “kelindih” entah mitos atau bukan kelindih itu berarti ada makhluk halus yang membatasi gerak seseorang. Aku tak punya keahlian melihat setan atau sejenisnya, tapi terkadang aku mampu merasakan keberadaan mereka. Saat doa- doa selesai aku baca, akhirnya aku bisa bergerak, dan sialnya rasa kantukku seketika lenyap. Aku mengirim pesan melalui ponsel pada ibu, aku bercerita pada beliau kalau aku baru saja kelindih. Tapi ternyata sampai pukul 12 malam tak ada balasan. Rasanya aku ingin menangis. Diantara rasa lelah, risih dan takut, aku memegangi tangan Asha, untuk mengurangi sedikit ketakutanku. Benar saja,tak selang berapa lama aku bisa memejamkan mataku. Kesialan terulang, baru sekitar 10 menit aku tidur, tiba-tiba aku terbangun lagi dan aku merasakan lagi tubuhku tak bisa aku gerakkan lagi. Ya Allah.. apa salahku ditempat baru ini.. pekikku dalam hati. Dengan perasaan takut aku membaca do’a-do’a lagi. Alhamdulillah aku bisa bergerak. Aku segera mengirim sms pada salah satu dosen, beliau sangat baik, apa saja yang menjadi keluhan anak-anak disetiap mata kuliah beliau bantu, namun malam itu, lagi-lagi kesialan datang, beliau tak membalas sms ku. Aku hanya meminta bantuan aku harus bagaima jika menghadapi situasi seperti ini. Karena beliau selalu bisa membantu segala hal dengan jawaban cerdasnya. Tak ada harapan  dengan sms,  aku komat kamit membaca do’a sebisaku, dan kulihat jam di handphone ku menunjukkan pukul 2 pagi. Ya Tuhan... aku menangis dalam hati.
Dan tiba-tiba aku tersadar, sebelum tidur aku lupa mencuci kakiku, dan karena aku sedang menstruasi mungkin makhluk-makhluk itu memberi peringatan padaku. Karena menurut cerita makhluk halus memang suka dengan orang yang dalam keadaan tidak bersih.

***


***
Hantu kamar atas
Masih dengan cerita mistisku. Aku pernah bekerja di sebuah distributor beras yang terletak di tengah kota Trenggalek, tepatnya di jalan R.A. Kartini. Tempatku bekerja telihat seperti biasa dan seperti toko pada umumnya. Pertama bekerja di tempat tersebut sedikitpun aku tak mencium firasat-firasat mistis. Sampai pada suatu hari, saat aku makan siang, aku merasakan tempatku makan pengap dan sunyi, tempat makanku di lantai dua toko tersebut. Tiba-tiba ada pertanyaan iseng yang aku lontarkan pada juru masak tempatku bekerja,
“Mbak, kok ruangannya pengap ya? Jarang dipakai ya?”
“Sering kok mbak” dia jawab pendek.
“Tapi kok aneh ya?” tanyaku agak menyelidik.
“Aneh gimana? Biasa aja” jawab juru masak itu pelan, seperti tau maksud pertanyaanku.
Akirnya aku menyimpan pertanyaanku dalam hati. Sepertinya dia tak berkenan untuk bercerita. Makan sudah selesai dan aku kembali turun ke lantai bawah dan bekerja kembali. Esoknya, tempat makanku pindah ke rumah pemilik toko tersebut, entah alasan apa, aku tak mengerti. Dan tiba-tiba juru masak seperti mengetahui rasa penasaranku, saat makan siang dia bertanya padaku,
“Mbak, sampean kok kerasa? Apa sampean melihat sesuatu?” tanya si juru masak.
“Apa mbak? Emm agak..” aku jawab sekenaku sambil mengunyah tempe goreng yang aku makan.
Si juru masak tiba-tiba mendekat padaku dan mulai bercerita. Benar saja, tempatku bekerja memang memiliki cerita-cerita mistis, sampai-sampai pemilik toko tidak pernah mau naik ke lantai dua karena dia lah yang kerap di teror. Si juru masak bercerita, dulu ada pekerja yang bernama mas Imam, dia seorang yang khusyuk beribadah, namun setiap melaksanakan sholat di lantai dua, ada sesosok makhluk yang berambut panjang duduk bersila di depan mas Imam, mas Imam tak mau menghiraukan makhluk tersebut, karena dia tahu, makhluk yang mengganggu kekhusyu’an sholatnya adalah setan. Benar saja, makhluk itu mengganggu mas Imam, dan semakin menjadi-jadi. Saat rukuk, dia ada di bawah kepala, saat duduk, dia ada di depan, saat sujud pun dia ada di belakang posisi mas Imam sholat. Tapi karena mas Imam termasuk orang pemberani, dia tak menghiraukan teror hantu tersebut.
Si Juru masak melanjutkan ceritanya kembali
 “Mbak tau tempat yang mbak suka kemarin? Waktu mbak minum sambil foto-foto?” Aku memutar ingatanku, dan segera menjawab ,
 “Iya, balkon atas ya mbak?”
“Iya, asal Mbak tahu saja tempat dimana sampeyan duduk dan berfoto itu adalah tempat memedi sering menampakkan diri. Hantu muka rata suka duduk disitu mbak” jawabnya sambil tertawa kecil. “Hi hi hi hi.”
Seketika aku menghentikan makanku. Aku tak pernah menyangka tempat itu menyimpan banyak misteri. Si juru masak kembali bercerita. Dia bercerita bahwa setiap malam jika lampu balkon lupa di hidupkan, hantu muka rata itu duduk di teras balkon menghadap ke pintu dan diam serta rambut panjangnya terurai begitu saja. Warga di sekitar toko tersebut sering  melihat hantu itu duduk dan diam dikegelapan balkon.
Dan ternyata setelah aku telusuri dan mencari cerita disana sini, di toko tersebut pernah terjadi insiden orang tua terpeleset jatuh ke dalam sumur  tua, dan sumur tersebut ditutup begitu saja oleh pemilik toko. Menurut cerita, sumur terebut ada di gudang belakang toko. Sampai saat ini misteri-misteri cerita di tempatku kerja dulu masih tersimpan di benak para karyawan yang mengaku pernah didatangi para penunggu toko tersebut.

Story written by Hyokbek (sweet girl called Nira) 
Contact her by Twitter @septinira or Google+ +Septinira Wijayanti 
Terima Kasih...
 


1 comment:

  1. klik home untuk cerita yang lain. Tunggu update berikutnya di
    hatiyangmembaca.blogspot.com

    ReplyDelete

Terima kasih atas kunjungan dan kesediaannya membaca posting dari blog sederhana ini. Apresiasi anda akan menjadi kesan yang lebih mendalam bagi admin dan pembaca yang lain jika anda berkenan menuliskan komentar atau pertanyaan anda di kolom comment ini. <3 :)